Gunakan Kantung Plastik dengan Bijak

Gunakan Kantung Plastik dengan Bijak
Oleh : Fadil Abidin
Dimuat di Harian Analisa Medan, 13 Maret 2011

            Berapa kantung plastik yang Anda pakai setiap hari? Berapa pula kantung plastik yang Anda buang di tong sampah? Coba hitung, berapa kantung plastik yang Anda gunakan untuk barang belanjaan dari pasar. Kantung plastik untuk tempat ikan, tempat telur, tempat bumbu, tempat makanan siap saji atau jajanan, tempat sabun dan perlengkapan mandi, semuanya memakai kantung plastik sendiri-sendiri. Indonesia adalah termasuk pengguna kantung plastik terbanyak di dunia.
Badan PBB untuk Program Lingkungan (UNEP) mencatat, dalam satu tahun, 1 triliun kantong plastik digunakan oleh penduduk di seluruh dunia. Setiap orang menggunakan sekitar 170 kantong plastik tiap tahun. Ini berarti setiap satu menit, ada 2 juta kantong plastik yang dibuang.
Kantung plastik terbuat dari polyethene (PE), suatu bahan thermoplastic yang lebih dari 60 juta ton bahan ini diproduksi setiap tahun di seluruh dunia terutama menjadi kantung plastik. Untuk memproduksi 1 ton plastik diperlukan 11 barel minyak mentah (BBM). Di negara-negara maju, penggunaan plastic shopping bags (kantung plastik belanjaan) di toko dan supermarket mulai dibatasi dan digantikan dengan paper bags (kantung kertas) yang terbuat dari kertas yang dapat didaur-ulang.
Mulai tahun 2011 ini, beberapa negara Eropa seperti Perancis, Swiss, Swedia. Denmark, Luxemburg, dan Monaco, melarang penyediaan kantung plastik di supermarket dan swalayan. Jika ada supermarket atau swalayan ketahuan menyediakan kantung plastik untuk membawa belanjaan pelanggannya, akan dikenakan denda 250 Euro (sekitar Rp 2,5 juta) per pelanggan. Para pelanggan diharuskan membawa kantung belanjaan dari rumahnya masing-masing.
Di San Francisco dan beberapa kota di Amerika Serikat, toko dan supermarket yang masih menyediakan kantung plastik dikenakan denda $100 (hampir Rp 1 juta) untuk pelanggaran pertama kali, dan meningkat denda $200 untuk pelanggaran berikutnya dan jika masih melanggar dikenanakan denda $500. Di Australia, toko-toko menjual green bags seharga satu dollar saja namun bisa dipakai berkali-kali.
Di Perancis, supermarket (seperti Carrefour) tidak lagi menyediakan kantung plastik untuk tempat belanjaan. Jika pelanggan tidak membawa tas belanjaan sendiri, pihak supermarket akan memaksa konsumennya harus membeli plastik yang dapat dipakai berulang kali (reusable plastic) dan tas kain non-tenun (non-woven bags). Jika keberatan, maka pihak supermarket tidak akan melayani pembeli tersebut. Di Inggris, beberapa toko besar (seperti Tesco dengan Green Bag Scheme) memberi discount khusus senilai 1-4 Poundsterling bagi pembeli yang membawa sendiri tas belanjaan dari rumah.
Dosa Kantung Plastik
Apa dosa si kantung plastik sehingga harus dikurangi pemakaiannya?  Kantung plastik tergolong barang sekali pakai (disposable; single-use plastic shopping bags) sehingga memperbanyak sampah dan limbah. Sehingga, di negara-negara yang kesadaran lingkungannya sudah tinggi, pemakaian kantung plastik dibatasi bahkan dilarang penggunaannya secara massal.
Tapi, hal tersebut tampaknya tidak berlaku di Indonesia. Jika kita berbelanja di supermarket apalagi pasar tradisional, sekali belanja kita paling sedikit memakai 4-5 kantung plastik dalam berbagai ukuran. Jakarta menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah setiap hari, yang lebih dari setengahnya adalah sampah non-organik terutama plastik. Sampah kantong plastik yang dibuang di Jakarta setiap harinya, dapat menutupi 2.600 lapangan sepakbola. Sampah plastik, baru bisa terurai di alam (biodegradable) dalam waktu 500 - 1.000 tahun. Plastik yang tercecer atau tertimbun di dalam tanah akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air yang menyebabkan banjir, merusak kesuburan tanah, menghambat pertumbuhan tanaman, menghambat kerja hewan pengurai seperti cacing atau rayap, serta membunuh bakteri penyubur tanah.
Jakarta yang kerap dilanda banjir dan menghadapi volume sampah yang kronis, belum melaksanakan, bahkan merencanakan aksi nyata untuk mengurangi pemakaian kantung plastik. Padahal, pemerintah kota Dhaka, ibukota Bangladesh, akan merencanakan  pelarangan pemakaian kantung plastik secara total pada tahun 2012. Karena, plastik  dianggap sebagai penyebab banjir, plastik menyumbat saluran pembuangan air dan memenuhi sungai di musim hujan.
Sampah plastik yang berasal dari kota-kota negara berkembang, yang tidak mempunyai aturan yang tegas terhadap pembuangan sampah, plastik telah mencemari sungai, muara, daerah teluk, pantai bahkan perairan laut sejauh lebih 1 km dari garis pantai.  Bahkan di Jakarta telah mencapai 10 km dari teluk Jakarta. Laut telah menjadi tempat pembuangan sampah raksasa.
Di negara berkembang, sekitar 13% plastik berakhir sebagai sampah yang terapung-apung di permukaan air, termasuk di laut yang menyebabkan kematian banyak ikan dan penyu karena sampah plastik tersangkut di pencernaan mereka. Ikan-ikan akan semakin menjauh dari garis pantai yang tercemar, sehingga para nelayan akhirnya harus mencari ikan lebih ke tengah lautan lagi. Hal ini tentu akan menambah biaya, karena harus membeli bahan bakar untuk mesin kapal mereka. Sedangkan nelayan tradisional yang tidak mempunyai kapal bermesin, akan gigit jari.
Dari 1 triliun kantung plastik yang digunakan tersebut, hanya 1% saja kantung plastik bekas yang dapat didaur ulang. Kantung plastik sulit didaur ulang terutama karena sulitnya memilah berbagai jenis plastik yang digunakan dan tak sebanding antara biaya recycle dengan harga jual produk recycle, sehingga hampir semua kantung plastik akhirnya tinggal menjadi sampah. Untuk memproduksi plastik, setiap satu tahunnya diperlukan 12 juta barel minyak, yang menghasilkan emisi gas rumah kaca perusak lapisan ozon.
 Bhutan, negara kecil di pegunungan Himalaya (di Asia Tengah dekat India ) dalam Peringkat Kebahagiaan Dunia dinyatakan sebagai negara berkembang yang penduduknya paling berbahagia di dunia. Pemerintah Bhutan melarang kantung plastik dan rokok karena memandang produk itu membuat warganya tidak bahagia.
Mulai dari Diri Sendiri
Apa yang harus kita lakukan agar keadaan ini tidak bertambah parah? Gunakan kantung plastik dengan bijak. Bantu selamatkan bumi dengan membawa tas sendiri saat berbelanja ke supermarket atau pasar tradisional. Ingatlah kebiasaan baik dari Ibu atau Nenek kita dulu ketika berbelanja ke pasar tradisional, mereka selalu membawa sendiri tas belanjaan dari rumah.
Sebaiknya gunakan tas ramah lingkungan yang terbuat dari bahan kain yang dapat didaur-ulang. Atau tas yang dapat dipakai berulang kali. Bawalah selalu tas (yang mudah dilipat) di mobil atau di sepeda motor, sehingga selalu tersedia kapanpun Anda membutuhkannya. Jadi tidak alasan, Anda terpaksa menerima kantung plastik. Jika Anda membeli satu barang dan masih bisa muat dimasukkan ke dalam kantung, maka lebih baik Anda mengantungi saja barang tersebut. Jika hanya membeli sedikit, mulailah mau/berani menolak pemberian kantung plastik dari toko dan masukkan barang belanjaan ke dalam tas yang Anda bawa. Ingat, kantung kresek adalah bonus yang tak berguna.
Kurangi penggunaan kantong plastik kresek sekarang juga! Jika belum dapat menghentikan secara total, lakukanlah secara bertahap, misalnya hanya digunakan untuk membuang sampah di tempat sampah (menjadi plastik sampah). Jangan jadi penimbun dan kolektor kantung plastik tak terpakai yang memenuhi rumah Anda. Segera enyahkan dari rumah alias cuci gudang. Anjurkan keluarga, teman, dan tetangga untuk mengurangi pemakaian kantung plastik, dengan menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkannya. Jadilah agen penyelamat lingkungan, mulailah dari diri sendiri! ***