Pasar Murah Datang, Warga Senang


Pasar Murah Datang, Warga Senang
Oleh : Fadil Abidin
Dimuat di Harian Analisa Medan, 9 Agustus 2011

            Sebenarnya tak perlu program yang muluk-muluk agar membuat rakyat senang. Tak perlu pidato, kampanye, seminar atau penyuluhan agar rakyat merasakan kehadiran pemerintah di tengah-tengah kehidupan yang semakin susah akibat kenaikan harga-harga bahan pokok. Pasar murah yang diselenggarakan Pemerintah Kota (Pemko) Medan adalah salah satu jawaban bahwa pemerintah hadir untuk meringankan beban warga.
            Secara historis, pasar murah di bulan Ramadhan adalah “warisan” yang baik dan merakyat dari Walikota Medan periode sebelumnya, yaitu Bapak Abdillah. Dan Alhamdulillah program ini kemudian tetap diteruskan oleh Walikota Medan berikutnya, Drs. Rahudman Harahap.
            Pasar murah Ramadhan diselenggarakan di hampir setiap kelurahan, panitia biasanya camat dan lurah serta dibantu para Kepala Lingkungan (Kepling) dan warga sekitar sebagai tenaga penjual dan pengemas. Agar kegiatan pasar murah dapat merata, maka titik lokasinya selalu berpindah dan bergiliran dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya tiap tahun, dan biasanya menggunakan kediaman Kepling sebagai titik lokasi penjualan dan penyimpanan barang.
              Sebagai warga yang aktif dalam kegiatan di kelurahan, saya juga pernah menjadi panitia kegiatan pasar murah di bulan Ramadhan ketika Medan masih dipimpin oleh Bapak Abdillah. Pasar murah kemudian terus berkembang, baik lokasinya yang terus bertambah tiap tahun, jenis barang yang dijual dan selisih harga yang cukup signifikan dibanding dengan harga pasar.
            Tahun 2000-an ketika pasar murah pertama kali diadakan jumlahnya tidak lebih dari 70 titik lokasi. Kini pasar murah yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Raya Idulfitri 1432 H tahun 2011 digelar di 134 titik di 21 kecamatan di Kota Medan yang dimulai 25 Juli hingga 27Agustus 2011.
Jenis barang yang dijual juga semakin banyak dan beragam, mulai dari beras, minyak goreng, tepung terigu, mentega, telur, gula, kacang tanah, sirup dan sebagainya. Kuantitas barang yang boleh dibeli masyarakat juga bertambah, misalnya jika dulu pembeli hanya boleh membeli maksimal 1 kg gula setiap hari maka kini boleh 3 kg.
Selisih harga juga mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Jika dulu harga di pasar murah dengan harga di pasar selisihnya hanya sekitar Rp 500 hingga Rp 1.500, kini bisa mencapai  Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per item atau per kg, dan ini pun masih bisa diturunkan ketika harga-harga di pasar juga mengalami penurunan agar tetap terjaga disparitas harga pasar murah tetap “murah” ketimbang harga pasar. 


Pintu Keluar
            Secara sepintas ada yang menganggap program pasar murah bersifat charity, tapi menurut penulis tidak. Berbeda dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai), dimana rakyat mendapatkan uang kontan tanpa ada usaha atau keadaan mendadak yang mendahuluinya. Maka pasar murah merupakan pintu keluar (exit point) dari keadaan mendadak sebagai akibat kenaikan harga bahan pangan yang biasanya datang menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Jadi, tidak ada pemberian gratis, tapi warga masyarakat dapat membeli bahan pangan dengan harga yang lebih murah.
            Kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan memang tidak bisa dihindarkan, mengingat permintaan begitu tinggi tapi tidak diimbangi dengan suplai yang memadai. Ramadhan sebagai bulan istimewa maka tak pelak pula disambut dengan hal-hal yang istimewa oleh sebagian besar kaum Muslimin dengan menyediakan berbagai panganan dan hidangan yang lebih baik dari hari biasanya.
Pelaksanaan pasar murah yang digelar sebelum Ramadhan guna mengantisipasi inflasi, menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok, dan memberikan kesempatan warga Medan untuk berbelanja dengan harga yang lebih murah dalam menyambut Ramadhan. Acara pasar murah ini digelar Pemko Medan bekerjasama dengan Desperindag dan mengeluarkan anggaran sebesar Rp 4 miliar.
Walikota Medan dalam kata sambutannya ketika membuka pasar murah di Lapangan Bola Kaki Pasar V Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan (25/7/2011) menyatakan, Pemko Medan berkomitmen untuk terus memantau dan menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok menghadapi Ramadhan  dan  Idul Fitri, apalagi Medan merupakan salah satu kota yang menjadi barometer dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok secara nasional.
Pemko Medan bersama Muspida akan terus memantau harga kebutuhan pokok dan memastikan tidak adanya permainan para spekulan yang mencoba mengambil keuntungan yang tidak wajar dengan menimbun barang. Selain dengan pasar murah, pemerintah juga akan mengadakan operasi pasar dan melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke sejumlah pasar.
Untuk menjaga agar kegiatan pasar murah tepat sasaran, Pemko Medan akan menggunakan kartu kendali untuk mencegah terjadinya aksi borong membeli barang oleh warga masyarakat tertentu. Jika tidak ada kartu kendali atau pembatasan maksimal pembelian maka justru akan terjadi pemborongan barang yang dilakukan oleh warga masyarakat yang mampu. 
          Kegiatan pasar murah bertujuan membantu dan meringankan beban ekonomi masyarakat kurang mampu. Maka diharapkan kesadaran bersama, baik lurah, kepala lingkungan dan panitia pelaksananya agar benar-benar mengikuti petunjuk Pak Wali dalam penetapan harga, ketepatan timbangan dan maksimal pembelian oleh warga.
            Penulis yakin, baik lurah maupun kepling akan melaksanakan hal tersebut karena hal ini menyangkut jabatan yang mereka sandang. Jika satu kali saja terdengar penyelewengan, maka Pak Wali biasanya akan langsung menindak yang bersangkutan, bahkan mencopot jabatan lurah atau kepling yang menyeleweng.
            Selama penyelenggaraan pasar murah, memang penulis perhatikan semua pihak yang melaksanakan program ini bersungguh-sungguh, bahkan menjadi semacam ibadah tambahan di bulan Ramadhan. Mereka tetap sabar dalam melayani berjubelnya pembeli, terkadang ada pula keluhan atau tuduhan tentang timbangan yang kurang, tapi mereka menghadapinya dengan sabar. 
            Terkadang pula, karena yang berjualan adalah para kepling yang tak punya keahlian atau pengalaman berdagang dan ketepatan berhitung, malah terjadi kerugian. Para kepling dan lurah terpaksa harus menombok pula untuk pembelian barang selanjutnya. Mereka bekerja keras yang terkadang mengganggu kebersamaan mereka ketika berkumpul dalam keluarga dan menyita tenaga karena sedang berpuasa.
Panitia pasar murah dalam kegiatan jual-beli tidaklah mencari keuntungan, tapi murni dalam rangka menjalankan tugas dan amanat Pak Wali dalam rangka meringankan beban masyarakat ketika menghadapi melonjaknya harga bahan pangan ketika Ramadhan dan menjelang Idul Fitri, agar ketika pasar murah datang, warga pun senang. ***