Sayap-sayap Garuda Patah di Pra-Piala Dunia

Sayap-sayap Garuda Patah di Pra-Piala Dunia
Oleh : Fadil Abidin

"Ini bukan tim saya, mereka bukan pemain pilihan saya
dan tim ini tidak layak bermain di level international"
(Wim Rijsbergen, Pelatih Timnas Indonesia)


            Kata-kata di atas keluar dari mulut Wim Rijsbergen dalam konferensi pers seusai Indonesia di kalahkan Bahrain 0-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (6/9/2011) dalam babak ketiga kualifikasi Pra-Piala Dunia Grup E zona Asia.
            Kata-kata itu pun kemudian seperti bersayap. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa Wim tidak pantas berkata seperti itu dengan menyalahkan kegagalan pada tim, bukan pada dirinya sendiri. Suatu perilaku yang tidak gentleman dan tidak profesional sebagai seorang pemimpin. Sehingga kemudian berkembang wacana dan desakan kepada PSSI untuk memecat Wim Rijsbergen sebagai pelatih timnas Indonesia.     
            Sementara itu berkembang pula isu makian yang tidak pantas Wim kepada para pemain timnas di ruang ganti ketika Indonesia tertinggal 0-1 di babak pertama. Makian ini disampaikan salah seorang pemain timnas (yang dirahasiakan namanya) yang curhat kepada mantan pelatih Timnas Alfred Riedl.
Kabar lain yang beredar juga menyebutkan bahwa para pemain timnas merasa tak terima dengan sikap Wim yang memaki-maki mereka di ruang ganti seusai pertandingan. Terkait hal itu, Bob Hippy, Anggota Komite Eksekutif PSSI yang membidangi tim nasional menegaskan bahwa pelatih memaki-maki pemain adalah sebuah hal wajar.
“Kalau soal maki-maki pemain, seperti Fabio Capello memaki-maki Frank Lampard, saya rasa juga normal-normal saja. (Jose) Mourinho juga begitu. Mungkin karakter Wim ya seperti itu,” ungkapnya di Kantor Sekretariat PSSI (8/9/2011).
            Pengakuan Riedl kepada Bima Said, reporter GOAL.com Indonesia (8/9/2011), saya mendengar dari berbagai saksi bahwa pelatih menghina pemain saat turun minum melawan Bahrain. Dia berteriak "F*ck you all! If you don't play better in the second half, I will kick all of you out.”  
Bukan main tapi sungguh nyata! Daripada memberi semangat kepada para pemain usai tertinggal 1-0, dia malah menghina mereka. Di Eropa, (kalau seperti itu) Anda bisa langsung dipecat, atau pemain memukul Anda! Setelah itu saya tidak lagi berpihak pada Rijsbergen. Dia tidak layak menjadi pelatih timnas Indonesia! Sekitar tujuh pemain sudah mengumumkan mereka tidak akan lagi bermain di bawah pelatih ini. Masalah besar bagi PSSI, ujar Riedl.
Kehilangan Respek
Menghadapi ancaman mogok ini PSSI tampaknya sangat reaktif dan konfrontatif. "Bambang Pamungkas cs sudah tidak bisa menunjukkan prestasi maksimal. Kami akan mengganti sebagian besar pemain dengan anggota timnas U-23 yang dipersiapkan untuk berlaga di SEA Games," kata Bob Hippy (7/9/2011). "Tidak 100 persen memang, tapi hampir sebagian besar pemain akan diganti saat berhadapan dengan Qatar, 11 Oktober mendatang," lanjutnya.
Keputusan PSSI untuk pengganti sebagian besar pemain timnas senior dengan anggota timnas U-23 dianggap kurang tepat karena pertandingan kurang dari sebulan lagi. Perubahan drastis susunan pemain justru akan membuat performa dan kekompakan tim akan kacau. Keputusan ini juga dianggap hanya untuk “melindungi” Wim Rijsbergen, karena ia juga bisa berkilah jika nanti kalah bahwa tim ini bukan timnya, tapi tim bentukan PSSI. Seharusnya biarkan Wim mencari, menyeleksi dan memutuskan para pemainnya sendiri.    
Pernyataan "Ini bukan tim saya, mereka bukan pemain pilihan saya dan tim ini tidak layak bermain di level international", seharusnya menjadi sinyal kuat bagi PSSI untuk mempertimbangkan posisi Wim sebagai pelatih. Pernyataan tersebut dianggap sebagai penghinaan bagi pemain dan menunjukkan ketidakmampuan Wim dalam mengangkat timnas ke level internasional. Jadi buat apa dipertahankan?
Pernyataan Wim ini langsung direspons gelandang Firman Utina melalui akun twitter pribadinya @FirmanUtina_15. Dirinya meminta tidak semua kesalahan dibebankan kepada para pemain. "Saat sekarang kami bagaikan anak ayam yang ditinggal induknya. Tapi harus di ingat kita adalah 1 tim yag harus 1 dan tidak bercerai-berai," tulis Firman. "Seharusnya kita cari solusinya sama2 menir," pungkas mantan kapten timnas tersebut.
Wim seharusnya sadar diri, ketika melatih PSM Makassar saja ia gagal total. Wim harus meredefinisi pemahamannya tentang level internasional. Indonesia di babak sebelumnya berhasil mengalahkan Turkmenistan. Kemenangan atas Turkmenistan ini membuat Indonesia masuk dalam deretan 20 besar negara-negara Asia. Hal ini menandakan timnas telah mencapai level internasional, bukan kelas “tarkam” lagi. Seharusnya dia harus bekerja keras, melatih dan membimbing timnas Indonesia menuju level internasional berikutnya. Tim ini bukan Jerman atau Belanda. Dia harus tahu di mana dia bekerja. Minimal para suporter ingin melihat pemain berlari dan berjuang.
Seorang pelatih memang berhak dan wajar jika berteriak untuk menyemangati para pemain di pinggir lapangan. Yang tidak biasa dan tidak wajar adalah ketika seorang pelatih menyalahkan pemain di depan media. Hal tersebutlah yang kini menjadi pokok permasalahan yang sebenarnya. Hal yang membuat para pemain menjadi kehilangan respek kepada sosok pelatih bernama Wim Rijsbergen.
Kisruh Internal
Saat ini di tubuh pemain timnas terjadi kekalutan dan disharmoni sehingga banyak pemain yang kehilangan motivasi. Alih-alih curhat kepada PSSI, para pemain timnas malah curhat kepada Alfred Riedl. Para pemain timnas ternyata masih menganggap Riedl sebagai “sosok ayah” sebagai tempat curhat. Dan ironisnya pertemuan “curhat” yang diwakili Bambang Pamungkas, Markus Horison dan Firman Utina justru dicurigai sebagai pertemuan untuk menyepakati pemboikotan atau mogok pemain timnas.  
Melalui laman resminya, www.bambangpamungkas20.com, Bambang Pamungkas membantah pertemuan beberapa pemain timnas dengan Alfred Riedl pada tanggal 7 September di Plaza Senayan adalah sebuah pertemuan yang digelar untuk menyepakati pemboikotan timnas. Bambang mengaku pertemuan tersebut diadakan sebagai acara silaturahmi untuk sekadar menyampaikan rasa terima kasih dan ucapan perpisahan.
"Dalam perbincangan tersebut tidak ada sedikitpun ucapan Alfred yang terkesan memprovokasi kami untuk melawan Wim Rijsbergen, seperti asumsi yang berkembang di masyarakat luas. Kabar tujuh pemain nasional yang menyatakan tidak ingin bermain di bawah asuhan Wim Rijsbergen, sejatinya sudah terjadi sejak malam setelah pertandingan tanggal 6 September. Sedang kami sendiri baru bertemu dengan Alfred dan Wolfgang Pikal pada tanggal 7 September, sore hari," lanjut Bambang.
"Sejujurnya hal yang membuat pemain sangat kecewa kepada Wim Rijsbergen adalah komentar beliau sesaat setelah pertandingan, yang terkesan melempar segala kesalahan kepada pemain. Saya yakin semua pemain kecewa dengan komentar tersebut, akan tetapi sejauh ini hanya 7 pemain yang menyampaikan keberatan untuk bermain di bawah asuhan Wim di tim nasional."
Bambang juga menyatakan pertemuan tersebut memang tidak untuk dirahasiakan sehingga digelar di tempat terbuka yang dapat dilihat khalayak ramai. Namun bila pertemuan tersebut tetap dipermasalahkan, Bambang dengan tegas menyatakan kesediaannya untuk dipanggil Komisi Disiplin PSSI (republika.co.id 9/9/2011).
Seperti biasa, pihak PSSI sangat reaktif. Berdasarkan isu yang beredar di kalangan blogger, facebookers, twitter dan dan tulisan di laman Kaskus, ada petinggi PSSI yang merupakan mantan Jenderal mengingatkan Alfred Riedl agar segera angkat kaki dari Indonesia karena dianggap sebagai provokator.
Setelah memetik dua hasil buruk di babak ketiga Grup E kualifikasi Piala Dunia zona Asia, peluang timnas Indonesia untuk lolos ke babak berikutnya sangat-sangat berat. Alih-alih  berkonsentrasi untuk perbaikan, timnas Indonesia kini justru dihadapkan pada sebuah kisruh internal, ancaman mogok pemain dan kehilangan respek kepada pelatih. Sayap-sayap Garuda telah patah sebelum berlaga di Piala Dunia 2014! ***