Indonesia
Tertinggal Membangun MRT
Oleh : Fadil Abidin
MRT (Mass Rapid
Transit) dengan jalur bawah tanah pertama di dunia bermula di kota London, Inggris dengan kereta angkutan
listrik cepat dan massal tahun 1890. Sedangkan
MRT bermodel mengambang (elevate) sudah ada di Jerman sejak 1901.
MRT adalah moda
transportasi dengan menggunakan kereta jalur rel listrik di wilayah
dalam kota dengan kapasitas massal dan frekuensi yang tinggi, dan pemisahan
jalur dari sistem transportasi lainnya. Sistem MRT umumnya ditempatkan di
terowongan bawah tanah (subway) atau
rel melayang (elevate) yang berada di atas tanah.
Ada sebuah adagium
bahwa kota tanpa ada MRT tidak layak disebut kota metropolitan. Transportasi
massal publik merupakan salah satu indikator utama yang menentukan maju atau
tidaknya sebuah kota. Makin memadai transportasi publik sebuah kota, makin
lancar mobilitas manusia di kota tersebut sehingga roda perekonomian bisa
berjalan lebih baik.
Bagi kota-kota metropolitan, umumnya
memilih transportasi berbasis rel sebagai transportasi publik. Transportasi
publik berbasis rel dianggap lebih cepat dan lebih banyak mengangkut penumpang
dibandingkan transportasi yang menggunakan jalan raya seperti bus.
Jakarta sebagai ibukota
Indonesia memang jauh tertinggal dalam pembangunan MRT. Manila ibukota Filipina
adalah kota pertama di Asia Tenggara yang menerapkan sistem MRT sejak 1984. MRT
di Singapura telah beroperasi pada 1987. Di Bangkok, Thailand MRT telah beroperasi
sejak tahun 2004.
Sementara di Kuala Lumpur, Malaysia pembangunan
proyek MRT telah dilakukan sejak 2011. Proyek pembangunan rampung pada 2016 dan
mulai beroperasi pada tahun 2017 ini. Bahkan kota Hanoi di Vietnam telah
meresmikam pengoperasian MRT sejak 2016 serta disusul Ho Chi Minh City tahun
2018 nanti. Indonesia tertinggal dengan Malaysia bahkan Vietnam.
Padahal pembangunan MRT sudah
dianjurkan oleh banyak ahli dari berbagai negara dunia sebagai solusi mengatasi
kemacetan akut di ibukota sejak tahun 1980. Sudah lima presiden RI yang menyatakan
bahwa proyek ini mustahil dilaksanakan atau memang tak dipikirkan. MRT di
Indonesia hanya menjadi wacana selama 33 tahun.
Jika di negara-negara lain proyek
MRT diresmikan oleh presiden atau perdana menteri, proyek MRT di Jakarta justru
diresmikan tahun 2013 oleh Joko Widodo yang saat itu masih menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Pembangunan MRT Jakarta saat ini dikebut agar selesai tahun 2019.
Membangun
MRT
MRT selama ini identik dengan subway
system atau jalur bawah tanah. Karena pada awalnya kebanyakan proyek
ini memang dibangun di bawah tanah. Namun pada perkembangan selanjutnya ada
juga membangun dengan sistem rel melayang yang berada di atas tanah (elevate).
IMRT adalah satu-satunya cara untuk
menghindari masalah kemacetan di kota-kota besar. Kemacetan mengakibatkan
pemborosan, baik pemborosan energi BBM, waktu, tenaga, dan pikiran. Bahkan bisa
berdampak pada kesehatan, baik jasmani maupun psikologis karena macet membuat
orang menjadi stres dan emosional.
Indonesia ketinggalan dalam urusan
proyek ini meski sudah puluhan tahun lalu direncanakan. Bandingkan dengan
negara-negara tetangga di ASEAN. Ketika kemacetan ibukota semakin parah, baru
kita sibuk membangun MRT. Ironisnya, pembangunan MRT banyak ditentang dan
menuai kritik. Sementara sang penentang dan tukang kritik tersebut tidak bisa memberi solusi.
Saat ini sistem MRT telah
dioperasikan di sekitar 65 negara di 160 kota dunia. Untuk urusan MRT, negara
China bisa dibilang juaranya. Selain punya banyak jaringan moda transportasi
ini, China juga punya jalur subway terpanjang yakni di kota
Shanghai yang diberi nama Shanghai Metro. Shanghai Metro punya panjang 548 km, yang
menyambungkan 14 distrik di kota tersebut. Shanghai Metro mampu mengantar 2,5
miliar penumpang setiap tahun.
Selain Shanghai Metro, China punya
juga Beijing Subway yang punya jalur 527 kilometer. Setiap tahun MRT ini
mengangkut 3,41 miliar penumpang, dengan rata-rata 9,27 juta per hari. Beijing
Subway dinilai belum bisa mengakomodasi kebutuhan transportasi di Beijing,
sehingga di tahun 2020 direncakanan rute akan diperpanjang menjadi 1.050 km.
Kota London punya London Underground
dengan Panjang jalur mencapai 402 km. Meski namanya underground yang
berarti bawah tanah, hanya 45 persen dari total panjangnya meluncur di bawah
tanah (subway).
Tebal Kuping
Proyek pembangunan MRT di
Jakarta ternyata dinilai menjadi salah satu proyek infrastruktur terbaik dunia
di peringkat 16. Predikat itu diberikan oleh majalah World Finance dengan
mengevaluasi 100 proyek yang sedang dikerjakan di seluruh dunia. MRT Jakarta
dipilih karena bisa menjadi pendorong proyek pembangunan infrastruktur
transportasi sejenis di kota lainnya. Pasar domestik dan internasional juga
akan percaya bahwa Indonesia mampu membangun MRT
(Tempo.co, 14/3/2014).
Pembangunan
MRT di Jakarta memakan biaya sekitar Rp 24,9 triliun. Agar tidak memberatkan
APBN, proyek ini mendapat pinjaman dari lembaga keuangan Japan International
Cooperation Agency (JICA) yang dicicil selama sekitar 40 tahun. Kebijaksanaan
Presiden Jokowi yang kerap memasukkan investor atau pemodal asing dalam
pembangunan infrastruktur pun mendatangkan kritik.
Mendapat
kritik yang datang bertubi-tubi, Presiden Jokowi mengaku harus tebal telinga
untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Di hadapan 14.000
pengusaha Indonesia di Jakarta International Expo 2017, Jokowi menceritakan
kenangannya ketika mengambil keputusan membangun MRT saat menjabat sebagai
gubernur DKI Jakarta.
Menurut Jokowi, ia selalu dihantui dengan
cerita kerugian-kerugian yang akan ditelan apabila merealisasikan
pembangunan MRT. Namun, paparan sejumlah orang itu diabaikannya. Menurutnya, proyek MRT dan semua
proyek di Indonesia tidak akan dimulai jika pandangan hanya terpaku pada
kerugian yang akan diterima. Dalam perhitungannya, Jakarta bisa merugi hingga
Rp 28 triliun per tahun jika kemacetan ibukota tidak segera diatasi dan
pertumbuhan perekonomian akan stagnan
Ketebalan kuping, lanjut Presiden Jokowi,
juga diterapkan saat dirinya memutuskan membangun kereta cepat berjalur 148
kilometer. Ia bingung kehebohan terjadi karena keputusan itu. Padahal, China
setiap tahunnya membangun 2000 km jalur kereta cepat.
"Kapan kita akan maju? Tetapi, saya
kupingnya tebal. Kalau kuping tipis enggak akan mulai MRT, LRT, dan kereta
cepat. Setiap keputusan pasti ada risikonya, pemimpin harus berani ambil
risikonya. Kalau enggak ya maju mundur," tutur Jokowi. Presiden juga
mengharapkan agar keberhasilan pembangunan MRT di Jakarta nantinya, bisa
dicontoh oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Bandung, Surabaya,
Makassar, atau Medan (CNN, 28/2/2017).
Indonesia
memang tertinggal dalam membangun MRT. Ketika kota-kota besar semakin padat dengan penduduk, rumah, dan
gedung, serta tingkat pertambahan kendaraan bermotor yang sangat pesat, maka
kemacetan total adalah kepastian. Pembangunan MRT adalah salah satu langkah
tepat mengatasi persoalan tersebut. ***