Fenomena Caleg


Ramai-ramai Menjadi Caleg
Oleh : Fadil Abidin
Dimuat di Harian Analisa Medan, 29 Oktober 2008

            "Dulu modal saya untuk jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Rp187 juta.Enam bulan pertama sudah BEP,break even point atau pulang modal." Demikian pengakuan seorang anggota dewan yang dipublikasikan oleh mailing-list cfbe@yahoogroups.com.  

Oknum anggota dewan ini juga menceritakan bagaimana praktik-praktik politik uang yang biasa terjadi di DPR yang katanya tidak etis disebarkan ke publik karena dia masih menjabat di dalamnya.Karena itu,dia termasuk yang tidak setuju dengan berbagai kebijakan anggaran di DPR yang arahnya terus-menerus “UUD” alias ujung-ujungnya duit yaitu menguras uang negara demi mempertebal ”kantong” para anggota dewan.Dia merasa berbagai fasilitas yang selama ini dia terima sebagai anggota dewan sudah lebih dari cukup.
Pemberian insentif legislasi Rp 1 juta ke semua anggota dewan yang tidak terlibat dalam pembahasan setiap kali pengesahan rancangan undang-undang,menurut dia,salah satu kebijakan yang tidak tepat.Dalam dua tahun sebagai anggota dewan ia menunjukkan seluruh catatan peng-hasilan yang dia terima dari negara.Dari catatan itu diketahui,penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga kategori.Ada yang bersifat rutin bulanan,ada yang rutin nonbulanan,dan ada juga yang sesekali (insidentil).
Yang sifatnya rutin bulanan adalah gaji paket Rp15.510.000;bantuan listrik Rp5.496.000; tunjangan aspirasi Rp7,2 juta;tunjangan kehormatan Rp3,15 juta;tunjangan komunikasi intensif Rp12 juta;dan tunjangan pengawasan Rp2,1 juta.Total berjumlah Rp46,1 juta perbulan.Jadi, se-tahun mencapai lebih dari setengah miliar,Rp 554 juta.
Pendapatan bulanan ini semua anggota DPR sama jumlahnya.Penerimaan nonbulanan ba-nyak jenisnya,mulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap Juni Rp 16,4 juta dan dana penyerapan aspirasi setiap masa reses Rp 31,5 juta.Dalam satu tahun sidang ada empat kali masa reses.Ada juga dana perjalanan dinas komisi,perjalanan dinas ke luar negeri,perjalanan dinas ke daerah-daerah atau perjalanan dinas saat reses.Total keseluruhan dalam setahun sekitar Rp 188 juta.
Sementara itu,penghasilan yang sifatnya sewaktu-waktu adalah insentif pembahasan ran-cangan undang-undang dan honor melakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang besarnya Rp 5 juta per kegiatan.Bayangkan saja selama lima tahun masa tugasnya DPR berpuluh-puluh kali melakukan fit and proper test,seperti pemilihan anggota KPU,KPPU,KPK, KPI,Direksi BUMN dan sebagainya.Dengan adanya kebijakan baru berupa uang insentif legis-lasi Rp 1 juta per-RUU,semakin bertambah lagi pemasukan anggota DPR.Uang insentif legislasi yang dia terima Rp 39,7 juta.Apabila keseluruhan penerimaan negara itu dihitung,total uang yang diterima seorang anggota DPR dalam setahun bisa mencapai hampir Rp 1 miliar.Sebagai anggota DPR yang tidak terlalu aktif saja,selama tahun 2006, dia mengaku menerima Rp 761,3 juta,sedangkan tahun 2007 Rp 787, 1 juta.Anggota Dewan yang merangkap anggota badan selain komisi juga mendapat tunjangan khusus.Demikian pula anggota yang merangkap pimpinan alat kelengkapan,banyak melakukan studi banding ke luar negeri,inspeksi ke daerah-daerah,memim-pin panitia-panitia khusus (Pansus) pembahasan RUU,serta menjadi pimpinan komisi,fraksi,atau pimpinan DPR.Dengan uang yang diberikan negara itu,dia yakin semua anggota DPR seharus-nya bisa menjadi profesional,independen,dan bersungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi rakyat secara total.Karena gaji,fasilitas dan kemudahan semuanya telah diberikan negara dengan semaksimal mungkin.Namun,kalau ditanya soal cukup,menurut dia,setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda.”Ibarat minum air, ada yang merasa cukup, ada juga yang malah sema-kin haus,” ungkapnya jujur.
Idealisme 550 anggota DPR 2004-2009 yang duduk di Senayan memang beragam. Me-reka tidak bisa begitu saja digeneralisasi.Terkait pemberian insentif legislasi Rp 1 juta saja, mi-salnya,ada fraksi yang menolak dan ada fraksi yang menerima dengan sejumlah alasan.Anggota yang memiliki idealisme seperti tadi sesungguhnya tak hanya satu,dua.Namun,karena jumlahnya kalah banyak,suara mereka sering kali tertelan.Seorang anggota dewan yang dulu bergelut di dunia akademisi dan sekarang terjun ke politik praktis malah mengaku sempat juga terkena ge-tahnya.Saat dia ke kampus,rekannya menyesalkan dirinya terjun ke dunia politik praktis karena menjadi ikut ”kotor”.Tidak semua lantas menjadi kotor tapi minimal ikut tercemar.
Menilai anggota DPR seluruhnya ”kotor” tentu tak tepat karena pada kenyataannya ada juga yang berusaha untuk ”bersih” di tengah kekeruhan.Yang perlu dilakukan adalah memberi-kan dukungan kepada mereka yang bersih agar mereka tak tercemar,dan membawa warna jernih. DPR yang bersih akan membawa pemerintahan juga menjadi bersih karena salah satu fungsi DPR adalah bidang pengawasan.Karena anggaran di eksekutif beratus-ratus kali lipat anggaran di DPR.Siapakah anggota DPR yang perlu didukung itu? Tentunya,mereka yang selalu ber-syukur karena telah dipercaya oleh rakyat menjadi anggota dewan.Bersyukur karena telah men-duduki “kursi empuk”,mendapat penghasilan dan fasiltas yang lebih dari cukup.Rasa syukur itu lalu diwujudkan dengan aktif memperjuangkan kepentingan rakyat.  
Banyaknya kritik berbagai kalangan terhadap tingkah-laku,kinerja para anggota dewan yang tidak beres,menerima suap atau penyelewengan lainnya adalah hal yang baik.Ini manifesta-si yang menggembirakan bahwa rakyat ikut aktif mempersoalkan berbagai urusan negara,dan juga mengawasi kinerja anggota-anggota dewan.Sebab,persoalan negara sama sekali bukanlah hanya urusan pejabat-pejabat pemerintahan atau angggota-anggota DPR saja,melainkan adalah urusan rakyat banyak juga.DPR sesungguhnya hanyalah mewakili rakyat,yang tugas utamanya adalah membela kepentingan rakyat.
Jadi banyaknya protes atau kritik,atau seringnya demonstrasi dan aksi-aksi dari berbagai kalangan rakyat mengenai berbagai ketidakberesan pengurusan negara,yang ditujukan kepada pemerintah dan DPR,adalah suatu hal yang perlu didukung secara positif oleh semua kalangan. Sebab aksi-aksi atau berbagai macam gerakan untuk menentang segala kebobrokan atau ketidak-beresan pengelolaan negara sangatlah dibutuhkan secara mutlak minimal sebagai pemberi peri-ngatan keras,karena kita lihat para anggota DPR sekarang ini sudah sering sekali menunjukkan sikap atau tindakan yang tidak menguntungkan atau tidak membela kepentingan rakyat.Mereka seharusnya bersyukur karena telah digaji begitu tinggi hingga hampir mencapai Rp 1 miliar per tahun.Pendapatan mereka tentu jauh melampaui pendapatan rata-rata rakyat Indonesia yang hanya Rp 5-10 juta per tahun.
Anggota DPR pada hakikatnya adalah sebagai wakil rakyat.Sebagai wakil menurut logi-ka,gajinya seharusnya tidak boleh lebih tinggi dari atasannya.Contohnya,Wakil Presiden,Wakil Gubernur,Wakil Bupati atau Walikota tentu gajinya tidak lebih besar dari gaji Presiden, Guber-nur,Bupati atau Walikota.Sebagai wakil tentu ia tidak boleh lancang mendahului kepentingan siapa yang diwakilinya bukan? Marilah kita simak dan bandingkan gaji ditambah pendapatan-pendapatan lainnya yang diterima para anggota DPR (tidak semuanya) yang bisa berjumlah sam-pai Rp 1 miliar setahun (pendapatan per hari Rp 2,74 juta,bahkan ketika mereka tidur pun digaji!) itu dengan banyaknya kemisikinan yang menimpa rakyat Indonesia.
Menurut Badan Dunia yang menangani masalah pangan,World Food Programme (WFP) memperkirakan anak Indonesia yang menderita kelaparan akibat kekurangan pangan saat ini ber-jumlah 15 juta.Ada sekitar 4 juta anak balita yang kekurangan gizi bahkan banyak yang mengalami busung lapar.Di samping itu kira-kira ada separuh rakyat Indonesia yang tergolong miskin,dan banyak yang terpaksa hidup dibawah 1 dollar ( kurang lebih Rp 10.000) sehari per orang.Padahal menurut standar Bank Dunia,orang yang berpenghasilan kurang dari 2 dollar sehari saja masih dianggap miskin.
Di Indonesia saat ini orang yang berpenghasilan kurang dari 2 dolar sehari mencapai 120 juta orang.Orang-orang miskin ini sekarang harus menderita lebih parah lagi,dengan naiknya harga BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga sembako (beras dan bahan pangan pokok lainnya) dan dengan banyaknya bencana (banjir, hujan yang terus-menrus,longsor,luapan lum-pur,gempa bumi dan sebagainya).Masihkah para anggota dewan yang terhormat bisa tertawa melihat realita ini? Masihkah mereka ngotot meminta kenaikan gaji,meminta fasilitas lebih, meminta rumah dinas,kendaraan mewah,laptop dan sebagainya.Masihkah mereka tega menerima suap,melakukan korupsi dan penyelewengan?
Gaji yang besar sebagai anggota DPR ibarat gula yang menarik semut.Ketika Pemilu tiba,negeri ini begitu riuh dengan kehadiran banyak partai-partai politik dan para caleg.Bayang-kan untuk Pemilu 2009 ada 38 partai politik.Jangankan untuk menentukan pilihan,untuk mem-buka surat suara dan melipatkannya kembali saja kita akan kesulitan karena besarnya surat suara yang harus kita tandai.Pada Pemilu 2009 ada lebih 11.000 caleg yang tercantum dalam DCS untuk memperebutkan 560 kursi DPR.Di Sumatera Utara lebih dari 2.000 caleg untuk mempe-rebutkan 100 kursi DPRD Provinsi Sumut.Jadi hanya 4-5% saja dari mereka yang akan terpilih menjadi anggota legislatif.
Perjalanan untuk menjadi anggota legislatif memang berat dan berliku.Tak jarang di antara mereka ada yang menguras tabungan atau deposito,menjual tanah,rumah atau kendaraan agar bisa bersaing menjadi caleg.Ini adalah sebuah perlombaan dan pertaruhan yang mahal.Yang menang akan serasa di ‘puncak dunia’.Modal yang mereka keluarkan dalam jangka waktu 5-6 bulan akan kembali lagi.Dengan segala fasilitas yang disediakan oleh negara maka tidaklah he-ran jika banyak yang beramai-ramai mendaftarkan diri menjadi caleg dan bermimpi bisa duduk di kursi empuk anggota dewan.Uang didapat,kewenangan dan prestise pun dijabat.
Tapi bagaimana jika gagal? Ada sebuah berita yang unik di Jawa Timur.Seorang mantan calon Bupati tiba-tiba menjadi tidak waras karena kalah dalam pilkada.Ternyata ia mengalami kebangkrutan dan terhutang uang hampir Rp 5 miliar ketika kampanye mencalonkan diri men-jadi bupati.Habis arang besi binasa.Harta terkuras tapi jabatan gagal diraih,akibatnya pikiran pun jadi tidak waras.Persitiwa ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi para caleg yang bertarung di Pemilu 2009.Boleh berharap,boleh bermimpi tapi harus tetap realistis.Jangan jor-joran dengan mempertaruhkan semua harta yang ada demi sebuah pertaruhan yang sangat tipis peluang kemenangannya.Jika menang,jangan lantas jadi angkuh dan melupakan amanah.Jika kalah ja-ngan lantas menjadi gila!***