Menulis Surat, Tradisi yang Tergerus Zaman


Menulis Surat, Tradisi yang Tergerus Zaman
Oleh : Fadil Abidin
Dimuat di Harian Analisa Medan, 16 Oktober 2010

            Mungkin sedikit yang tahu bahwa untuk lebih mempererat persahabatan antar sesama umat manusia di muka bumi ini, maka perhimpunan pos sedunia, Universal Postal Union (UPU) menyelenggarakan Pekan Surat Menyurat Internasional (PSMI) – International Letter Writing Week sejak 1857 yang dilangsungkan setiap 8-21 Oktober. Indonesia pun tak ketinggalan turut aktif menyelenggarakan PSMI.
            Tradisi menulis, mengirim dan mengantar surat lewat pos mempunyai sejarah yang panjang dan mampu membangun peradaban manusia sehingga hasilnya bisa kita nikmati sekarang ini. Cikal bakal kantor pos sekarang ini berawal dari kantor surat besar yang didirikan oleh pemerintahan Charles II tahun 1660. Kiriman pos ini dibawa oleh pesuruh pos dengan berjalan kaki atau berkuda.
Untuk pengiriman surat digunakan uang tunai sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman. Pembayaran dilakukan oleh pengirim surat. Tetapi pembayaran ini ada juga yang dibebankan kepada penerima surat. Orang yang menerima surat tersebut harus membayar ongkos kirim. Tapi dengan cara ini orang yang menerima surat dapat menolak untuk membayar biaya pengiriman.
Karena kesulitan yang ditimbulkan dengan cara pembayaran di atas, selanjutnya dinas pos Inggris melakukan perbaikan sampai digunakan prangko sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman. Berkat gagasan Sir Rowland Hill mengembangkan prangko berperekat maka kesulitan pengiriman surat dapat diatasi. Selama beratus-ratus tahun telah terbukti bahwa surat merupakan sarana kumunikasi yang ampuh untuk tetap saling berhubungan. Bahkan jarak dan tempat yang jauh tak lagi menjadi halangan.
Surat bisa digunakan sebagai sarana untuk menjalin pershabatan secara luas tanpa membedakan ras, agama dan suku. Dengan surat, kita dapat memberikan ucapan selamat ulang tahun, berita kelahiran, selamat hari raya, menyampaikan rasa simpati, tukar menukar pengetahuan dan budaya masing-masing daerah. Dengan surat pula kita dapat mengenal lebih jauh budaya dan daerah pariwisata melalui informasi yang disampaikan di atas sepucuk surat bahkan dapat mengelilingi dan menjelajah dunia.

Tergerus Zaman
Berbicara tentang menulis surat, apakah hal ini masih relevan dengan kondisi saat ini? Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi membuat tradisi menulis surat lalu diposkan pada saat ini boleh dikatakan sebuah kebiasaan yang langka dan hampir punah. Untuk berkomunikasi, manusia saat ini bisa menggunakan telepon selular (ponsel), baik menggunakan SMS, MMS, 3G maupun mengirim e-mail sehingga menulis surat dianggap sebagai hal yang tidak efektif di zaman yang serba cepat dan instan. Untuk bersosialisasi, manusia saat ini menggunakan internet dengan fasilitas jejaring sosial semisal facebook, twitter atau yahoo mesengger. Perkumpulan sahabat pena sekarang ini nyaris tidak ada lagi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, telah menjadikan dunia ini terasa begitu dekat. Seolah-olah tidak ada lagi jarak ruang dan waktu. Segala informasi dapat diperoleh begitu mudah dan cepat. Apa yang terjadi di belahan dunia manapun, dapat diketahui dalam hitungan detik tanpa perlu beranjak dari tempat kita berada. Dengan SMS, seseorang dapat mengetahui kondisi kerabat dan handaitaulan di daerah lain dalam waktu singkat. Tak perlu menunggu berhari-hari. Sungguh luar biasa. Begitu besar manfaat yang diakibatkan oleh pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi ini.
Dari sekian banyak manfaat tersebut, tentu ada sisi negatif yang timbul. Yang paling nampak adalah menurunnya minat untuk menulis, dan hilangnya sentuhan kehangatan, imajinasi dan ekspresi emosional. Tidak ada lagi hati yang berdebar-debar menunggu surat yang akan datang. Dengan menulis, seseorang akan mampu mengekspresikan isi hati dan jiwanya. Emosi kesedihan, kepiluan, kebahagiaan dan kesenangan jiwa yang dirasakan seseorang, akan nampak pada tulisan yang dihasilkan. Tulisan dari ”si dia” yang kita rindui bisa membangkitkan imajinasi pertemuan yang mampu mengobati kerinduan. Hal ini tidak kita jumpai ketika kita mengirim SMS.  
Budaya tulis seharusnya tetap menjadi barometer kemajuan suatu bangsa. Ia merupakan warisan leluhur yang tak ternilai harganya. Menulis dapat memacu kreatifitas dan mengembangkan imajinasi seseorang. Tapi dengan kemajuan teknologi, budaya berkirim suratpun mulai jarang dilakukan orang, bahkan berkirim kartu lebaran, hari Natal atau tahun baru yang setahun sekali pun nyaris tidak ada lagi. Padahal dengan berkirim surat, bagi si pengirim, dalam diri akan tercipta kepuasan batin. Sedangkan bagi si penerima, surat merupakan bentuk perhatian dari seseorang. Ia bisa menyimpan dan membacanya berulang-ulang, kapan saja dan di mana saja.
            Teknologi memang membuat segalanya lebih mudah dan cepat, tapi di sisi lain tampaknya ada yang hilang, yaitu sisi humanistik, perasaan dan emosional kita sebagai manusia. Transformasi era digital seolah melibas budaya menulis surat, deretan tulisan tangan yang lebih mencerminkan karakter dan suasana hati si penulis, menjadi berkurang makna ketika tercetak di layar komputer atau telepon seluler yang terkadang disingkat untuk menghemat ruang penulisan.
            Penggunaan mesin ketik terutama komputer sebagai alat bantu mengetik secara cepat menjadi tumpuan. Dengan komputer, naskah diketik dan disimpan dalam media penyimpanan flash disk untuk selanjutnya dicetak dengan printer. Naskah yang tersimpan bisa dibuka dan diedit kembali sewaktu-waktu dengan penggunaan huruf yang beraneka ragam serta format tulisan yang dapat diatur maupun bisa dikurang atau ditambahi lagi kata-katanya. Media lain yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi yang cepat adalah penggunaan telepon seluler. Tanpa perlu menulis surat dan menunggu balasan surat, hanya dengan menekan tombol sejumlah angka, maka hubungan komunikasi dapat dilakukan.

Sebuah Pilihan
Pengaruh kemajuan teknologi tak bisa dihindari dan dibendung. Perkembangan teknologi komputer dan jaringan komunikasi yang semakin pesat berkembang telah mampu menghadirkan suatu media penyaji informasi yang dapat menampilkan gambar, teks dan suara sekaligus.
Tidak bisa dipungkiri demi alasan kecepatan, kemudahan dan biaya, orang pasti lebih suka ber-sms-ria dibanding berkirim surat atau kartu. Kemudahan berkirim pesan lewat teks, suara maupun gambar memang berpengaruh besar pada penurunan jumlah benda pos yang beredar. Kita semua dapat merasakan penurunan jumlah surat yang beredar di sekitar kita. Sekitar sepuluh tahun lalu setiap memasuki Lebaran, penulis selalu mendapat kartu lebaran sampai puluhan jumlahnya. Tapi kini nihil sama sekali.
Tukang pos dan kantor pos pada waktu itu pasti sibuk dan ramai menjelang Lebaran melayani orang yang mengirim surat atau kartu Lebaran, tapi kini nyaris tak ada lagi kartu ucapan yang dikirim. Seperti penuturan Kasubdit Pos dan Filateli Jakarta, Zairin Kaizin bahwa jumlah surat yang beredar di seluruh dunia menurun tajam dalam satu dekade terakhir. Namun demi mengemban amanat Universal Postal Union (UPU) bahwa berkirim surat adalah hak warga negara, PT Pos sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk tugas itu, harus terus melakukan sejumlah upaya. Tidak heran meski dalam kondisi merugi untuk biaya operasional lebih dari dua ribu kantor pos terpencil di seluruh Indonesia, PT Pos terus berbenah diri dan tetap melayani masyarakat.
Era globalisasi yang ditandai dengan semakin majunya teknologi informasi dan telekomunikasi. Suatu saat nanti, ketika teknologi tersebut benar-benar telah melanda seluruh dunia dan merasuk ke segala lapisan masyarakat sehingga mampu menggeser penulisan surat secara konvensional, maka niscaya tradisi menulis surat dan saling berkirim surat akan punah dan tinggal kenangan.
Akhir kata, mengirim kartu ucapan atau hanya SMS/MMS hanyalah sebuah pilihan belaka. Pilihan yang mencerminkan pribadi anda, namun bila ingin sesuatu yang lebih bermakna dimana idiom teknologi bukan lagi jadi kendala dan hidup adalah keunikan semata tidak ada salahnya mencoba berkirim kartu ucapan atau menulis sepucuk surat, lalu ekspresikan perasaan Anda di dalamnya. ***