Persiapan
Siswa dan Sekolah Menghadapi UNBK
Oleh : Fadil Abidin
Sekarang semuanya berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Tahun 2015 misalnya, Kemendikbud mengadakan Uji
Kompetensi Guru (UKG) secara online. Hal ini memaksa para guru untuk berlatih
menggunakan perangkat komputer. Para guru yang selama ini gaptek (gagap
teknologi) akan terkena dampaknya ketika baru belajar di usia yang tidak muda
lagi. Hasilnya, UKG secara nasional nilai rata-ratanya 53,02. Padahal target
pemerintah adalah nilai 55. Ini artinya
apa? Secara umum, guru di Indonesia belum mencapai kompetensi yang diharapkan.
Mungkin agak sulit mencapai
keterampilan dalam penggunaan TIK kepada para guru yang kebanyakan sudah tidak
muda lagi. Tapi Kemendikbud berpengharapan besar kepada para siswa. Apalagi
siswa-siswa sekarang mayoritas sudah akrab dengan gadget, smartphone, tablet,
laptop atau komputer dan segala aplikasi yang ada di dalamnya.
Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) sebenarnya bukan hal yang baru. UNBK disebut juga Computer Based Test (CBT) adalah
sistem pelaksanaan ujian nasional dengan menggunakan komputer sebagai media
ujiannya. Dalam pelaksanaannya, UNBK berbeda dengan sistem ujian nasional
berbasis kertas atau Paper Based Test (PBT) yang selama ini sudah berjalan.
Penyelenggaraan UNBK pertama kali dilaksanakan pada
tahun 2014 secara online dan terbatas di SMP Indonesia Singapura dan SMP
Indonesia Kuala Lumpur. Hasil penyelenggaraan UNBK pada kedua sekolah tersebut
cukup menggembirakan dan semakin mendorong untuk meningkatkan literasi siswa
terhadap TIK. Selanjutnya secara bertahap pada tahun 2015 dilaksanakan rintisan
UNBK dengan mengikutsertakan sebanyak 556 sekolah yang terdiri dari 42 SMP/MTs,
135 SMA/MA, dan 379 SMK di 29 Provinsi dan Luar Negeri.
Pada tahun 2016 dilaksanakan UNBK dengan
mengikutsertakan sebanyak 4.382 sekolah yang tediri dari 984 SMP/MTs, 1.298
SMA/MA, dan 2.100 SMK. Tahun 2017 menurut data yang dikutip di
ubk.kemdikbud.go.id diperkirakan ada 5.865 sekolah yang melaksanakan UNBK, dan
3.257 sekolah yang bergabung (menumpang ujian) ke sekolah lain untuk melaksanakan
UNBK.
Persiapan Sekolah
Data di atas menunjukkan ada peningkatan sekolah yang
ikut dalam UNBK. Hal ini berarti tiap-tiap sekolah telah berusaha mempersiapkan
fasilitas. UNBK telah memacu sekolah untuk memiliki perangkat komputer dan jaringannya
dengan lebih serius dengan menyisihkan dana Biaya Operasional Sekolah (BOS).
Pemerintah telah menyatakan bahwa tidak ada pengutipan apapun untuk UNBK.
Menurut berbagai sumber berita, banyak kepala sekolah yang berurusan dengan
pihak berwajib karena mengutip uang dari siswa dengan alasan penyediaan
komputer untuk UNBK. Ini adalah tindakan yang melanggar hukum.
Tidak ada paksaan atau kewajiban mutlak setiap sekolah
harus melaksanakan UNBK untuk tahun ini. UNBK hanya ditujukan kepada sekolah-sekolah
yang telah mempunyai perangkat komputer dan persyaratan lainnya. Bagi sekolah
yang belum memenuhinya, UN tetap dilaksanakan dengan menggunakan soal tertulis
dalam kertas seperti biasa. Atau sekolah tersebut boleh “menumpang ujian” di
sekolah lain sepanjang tidak mengganggu jadwal UNBK di sekolah yang
ditumpangi.
Penyelenggaraan UNBK saat ini sebenarnya masih menggunakan
sistem semi-online yaitu soal dikirim dari server pusat secara online melalui
jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah), kemudian ujian siswa
dilayani oleh server lokal (sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian
dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke server pusat secara online
(upload).
Bagi guru, operator sekolah, atau tenaga kependidikan
yang selama ini mengisi data melalui aplikasi Data Pokok Pendidikan (Dapodik)
tentu sudah akrab dengan sistem ini. Tapi untuk UNBK ini harus dipersiapkan
secara khusus dengan menyediakan petugas laboratorium komputer (proktor dan
teknisi) yang telah dilatih pihak terkait. Kemudian menyediakan sarana komputer
dengan spesifikasi minimal PC Desktop processor 4 core, minimal Windows 7, dan
punya UPS yang tahan 15 menit. Jumlah server dengan rasio 1:40 (1 server untuk
40 pengguna). Jaringan internet dengan bandwith minimal 1 Mbps, dan persyaratan
teknis lainnya.
Persiapan Siswa
UNBK
dijadwalkan untuk SMK 3-6 April 2017, SMA/MA 10-13 April 2017, SMP/MTs 1-8 Mei
2017. Mengingat jumlah perangkat
komputer yang terbatas atau lebih sedikit dibanding siswa peserta ujian,
makanya harus dibuat gelombang (sesi). Setiap sekolah harus menyediakan perangkat
komputer minimal 1/3 dari jumlah siswa peserta ujian, dan menyediakan jumlah
minimal 10% untuk cadangan.
Semua jadwal ujian dilaksanakan secara bergelombang melalui
sesi, satu mata ujian per hari dengan maksimal 3 sesi secara bergantian. Jadi
tidak dilaksanakan secara serentak di hari dan jam yang sama, karena bergantian
menggunakan komputernya.
Tentu ada
perbedaan persiapan siswa dalam menghadapi UNBK dengan UN manual. Bagi siswa
yang belum akrab menggunakan komputer diharapkan lebih banyak belajar dan
latihan. Hal ini bukanlah sulit, karena dengan sistem ini siswa hanya mengisi username,
password, dsb. Untuk selanjutnya hanya tinggal mengklik soal dan jawaban dengan
mouse (tetikus) komputer. Pihak sekolah tentu telah melakukan simulasi dan
latihan untuk ini. Siswa juga bisa menemukan aplikasi latihan dan simulasinya
di internet.
Kesulitan
yang paling signifikan tentu siswa yang berada di daerah yang jauh dari
perkotaan, atau siswa perkotaan tapi sangat miskin sehingga belum terbiasa
menggunakan komputer. Tapi dengan bertebarannya warung internet (warnet) sampai
ke desa-desa, hal tersebut bukanlah halangan yang berarti. Biaya memakai
komputer di warnet juga cukup murah sehingga terjangkau siapa saja.
Keunggulan
UNBK dinilai lebih efisien,
anggaran juga dapat dihemat. Tidak perlu biaya untuk mencetak naskah soal, dan
mengoreksinya pun praktis karena tidak memerlukan mesin pembaca lembar jawaban
komputer (LJK). Mungkin masih perlu penggunaan kertas untuk coret-coretan untuk
pelajaran yang menggunakan soal perhitungan.
Lebih
simpel dalam proses pengaturan ruangan, hanya diperlukan tiga ruangan untuk
menjadi tempat pelaksanaan UNBK yang bisa digunakan secara bergantian. Mempermudah manajemen pengawas ruangan. Karena
ruangannya lebih sedikit, otomatis pengawasnya lebih sedikit.
Satu
pelajaran setiap harinya membuat siswa punya waktu lebih banyak untuk belajar
di rumah. Jadi siswa bisa me-review ulang materi yang agak susah.
Selain itu, beberapa siswa memang merasa bahwa dua mata pelajaran yang diujikan
sekaligus setiap harinya terlalu berat.
Menghemat
waktu pengerjaan. Di UN manual, kita harus mengisi lembar jawaban dengan
menghitamkan lingkaran yang ada. Selain itu, kita harus mengisi identitas di
lembar jawaban tersebut. Hal ini cukup membuang waktu, apalagi jika namanya
panjang. Kemudian jika salah mengisi, kemudian harus dihapus, terkadang LJK juga
koyak karena hal ini. Dengan sistem UNBK, semuanya lebih mudah.
UNBK diharapkan dapat meminimalisir kasus kebocoran soal ujian. Walaupun
sebenarnya softcopy di server juga bisa bocor, tapi itu
membutuhkan kepiawaian seorang hacker
untuk meretasnya. Kemdikbud telah bekerjasama dengan Lemsaneg (Lembaga Sandi
Negara) untuk mengamankannya.
Kekurangannya barangkali soal teknis dan psikologis. UNBK yang dilaksanakan dalam tiga sesi bisa saja tidak
cocok dengan sebagian siswa. Misalnya, ada siswa yang bisa berpikir lebih baik
pada pagi hari ketimbang siang hari dan ada siswa lain yang kurang bisa
berpikir di pagi hari karena ngantuk. Jika mendapat sesi yang kurang sesuai
dengan jam mereka dan belum terbiasa, tentunya mereka akan sedikit kesusahan.
Bisa
saja siswa yang sudah selesai ujian “membocorkan soal” untuk siswa sesi
berikutnya. Walaupun soalnya tidak sama persis, tapi bisa saja kisi-kisi
soalnya sama. Soalnya sama, tapi angka-angkanya berbeda, atau hanya nomor soal
saja yang berbeda. Tapi Kemendikbud sudah mengantisipasinya dengan ratusan
variasi soal yang berbeda-beda.
Kekhawatiran
lain adalah terjadinya pemadaman listrik ketika sedang melaksanakan UNBK. Masalah
teknis, mulai dari daya listrik yang dimiliki salah satu sekolah tidak
mencukupi, error sistem, server rusak, internet ngadat, lelet, bahkan tidak
dapat membaca soal. Akses internet di server sebenarnya hanya diperlukan pada
saat sinkronisasi data saja, karena UNBK bukanlah full online tapi
semi-online.
Bagaimanapun
juga, dunia pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam mengikuti arus
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Pelaksanaan UNBK menjadi hal positif
agar sekolah berpacu melengkapi fasilitas, guru dan siswa menjadi lebih akrab
dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. ***