Tahun Baru Masehi, Hijriyah, Imlek, dan Tahun Saka



Tahun Baru Masehi, Hijriyah, Imlek, dan Tahun Saka
Oleh : Fadil Abidin
Dimuat dalam Kolom OPINI Harian Analisa Medan, 9 Februari 2013

            Bangsa Mesir Kuno adalah bangsa pertama yang membuat sistem penanggalan. Mereka telah membuat kalender matahari sekitar tahun 4221 SM. Mereka membagi 1 tahun dalam 12 bulan dan 365 hari. Sistem kalender ini sangat penting, karena banyak hal yang dilakukan manusia terkait dengan waktu, baik untuk kepentingan bercocok tanam, berburu, peringatan budaya maupun keagamaan.

Sebelum ditemukan kalender, manusia menggunakan gejala-gejala alam misalnya pergantian musim untuk menentukan periode waktu. Di daerah sub-tropis yang mengalami empat musim (semi, panas, gugur, dingin), perbedaan musim ini bisa menjadi patokan penanggalan. Tapi pergantian musim terkadang tidak menentu, terutama di daerah tropis atau equatorial (khatulistiwa), dimana perbedaan antar musim nyaris tidak ada.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia memerlukan tanda penanggalan yang praktis, yaitu dengan menciptakan suatu sistem yang teratur dan sistematik sehingga dalam menentukan waktu dapat lebih mudah, tepat, dan efisien. Beberapa bangsa dan peradaban mempunyai sistem yang berbeda dalam perhitungan penanggalan. Saat ini kita mengenal sistem lunar (berdasarkan pergerakan bulan mengelilingi bumi), sistem solar (pergerakan bumi mengelilingi matahari), dan sistem lunisolar (gabungan sistem lunar dan sitem solar).
Empat Tahun Baru
Indonesia adalah negara yang unik karena menjadikan empat tahun baru sebagai hari libur nasional, yaitu tahun baru Masehi, Hijriyah, Imlek, dan tahun baru Saka (Hari Raya Nyepi).  
Banyak kalangan yang menganggap Imlek sebagai hari raya umat Konghucu. Pemikiran ini sah-sah saja, sebab umat Konghucu memang mencantumkan Imlek sebagai hari raya agamanya. Penanggalan Imlek dimulai sejak tahun 2637 SM pada masa Kaisar Huang Ti (2698-2598 SM). Pada masa itu Imlek justru dirayakan untuk menyambut musim dingin, dengan tujuan agar musim dingin yang kelam dapat disambut dengan berbagai perayaan dan kegembiraan untuk mengusir para siluman dan arwah jahat.
Penanggalan ini terus dipakai dengan berbagai modifikasi di masa-masa kekaisaran China berikutnya. Nabi Khongcu yang hidup pada zaman Dinasti Chin (1122-255 SM) melakukan berbagai perubahan dan menetapkan sebagai hari raya agama. Imlek pun diubah menjadi perayaan untuk menyambut musim semi. Jadi Imlek sudah ada 1400 tahun sebelum agama Konghucu ada.   
Di beberapa bagian dunia, tahun baru Masehi adalah hari raya umat Kristiani. Mereka merayakannya dengan ibadah kebaktian di gereja-gereja. Lalu apakah kita bisa mengklaim bahwa tahun baru Masehi sebagai hari raya hanya untuk umat Kristiani?
Tahun baru pertama kali dirayakan pada 1 Januari tahun 45 SM (atau 45 tahun sebelum kelahiran Kristus). Perayaan ini berlangsung tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan menjadi Kaisar Roma, sekaligus untuk menghormati para dewa Romawi Kuno, hal ini ditandai dengan penyebutan nama-nama bulan berdasarkan nama dewa.
Kalender Islam (Hijriyah) secara resmi mulai dipakai sekitar tahun 638 M. Apakah sebelumnya orang Arab tidak mengenal sistem penanggalan? Jauh sebelumnya, orang-orang Arab Jahiliyah tentu saja sudah mengenal penanggalan dengan sistem lunar yang berasal dari tradisi bangsa Persia Kuno. Sistem lunar sangat praktis karena penentuan pergantian bulan mudah diterapkan berdasarkan siklus bulan baru dan bulan purnama. Masalahnya adalah sistem penanggalan ini hanya mengenal angka tanggal dan bulan, tidak mengenal angka tahun pada waktu itu.  
Tahun Hijriyah berdasarkan peristiwa hijrah (eksodus) Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dari Mekkah ke Madinah tepat pada 16 Juli 622 M. Jadi ketika Khalifah Umar bin Khattab menetapkan tahun Hijriyah sebagai penanggalan resmi, tahun Hijriyah tidak dimulai dari tahun 1 Hijriyah, tapi langsung tahun 17 Hijriyah berdasarkan peristiwa hijrah 17 tahun sebelumnya.
Perbedaan     
Ada satu hal yang sama yaitu tidak ada tahun 1 (pada kebudayaan atau agama apapun). Angka bilangan tahun biasanya melompat ke tahun-tahun berikutnya, bahkan ada tahun yang tidak kronologis (berurutan). Angka bilangan tahun merupakan hasil interpretasi pemikiran manusia terhadap periode waktu yang telah berlalu, setelah sistem penanggalan yang lebih baku ditemukan.
Perbedaan yang signifikan dalam penentuan tanggal, bulan atau periode tahun adalah sistem penanggalannya. Kalender Masehi menggunakan sistem solar, kelender Hijriyah menggunakan sistem lunar, sementara tahun baru Imlek dan tahun Saka berdasarkan sistem lunisolar.
Sistem penanggalan China menggunakan berbagai elemen atau faktor yang dipadukan secara komprehensif seperti matahari, bulan, rasi bintang/shio, musim, 5 unsur dan energi. Kalender China memiliki sistem hari, bulan, tahun, periode 12 tahun, dan periode 60 tahun. Periode 60 tahun diperoleh dari kombinasi 3 faktor (12 shio, 5 unsur, 2 energi). Ini artinya hanya ada satu tahun tertentu dalam 60 tahun. Sehingga tahun ular air yang terjadi pada tahun 2013 ini akan sama kembali pada tahun 2073 (60 tahun kemudian).
Sistem kalender China memang sangat rumit, agar tahun baru jatuh tepat antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap tahunnya, maka diharus dilakukan sinkronisasi. Untuk mengsinkronkan elemen matahari, bulan, dan musim, sistem penanggalan China memiliki autokoreksi yakni dengan munculnya Lun Gwe’ atau tahun kabisat ‘China’ yang terjadi sekitar 3 tahun sekali (7 kali dalam 19 tahun). Jika tahun biasa terdiri dari 355 hari (12 bulan), maka tahun kabisat dalam kalender China mencapai 385 hari (13 bulan).
Sistem ini sama berlaku dalam tahun Saka (berasal dari India). Pada tahun biasa banyak bulan berjumlah 12 atau 354/355 hari, akan tetapi pada tahun panjang, terdapat 13 bulan atau 384/385 hari. Hal ini karena dari penggabungan antara umur kalender matahari 365 hari dengan umur kalender bulan 355 hari akan ditemukan selisih sebesar 10 hari per tahun. Dari selisih kelebihan 10 hari, maka setiap 3 tahun sekali itulah terjadi tahun panjang yang berjumlah 13 bulan atau 385 hari.  
Jadi dalam sistem solar (kalender Masehi) 1 tahun 365 hari, dan 366 hari untuk tahun kabisat (setiap 4 tahun sekali). Kalender Hijriyah (sistem lunar) 1 tahun 354 hari, dan untuk tahun kabisat 355 hari (11 kali dalam 30 tahun). Maka untuk sistem lunisolar (kalender China dan Tahun Saka) 1 tahun 354/355 hari, sedangkan untuk tahun kabisat 384/385 hari (7 kali dalam 19 tahun). 
Tahun kabisat pada kalender Masehi adalah suatu tahun yang habis dibagi 4. Satu tahun pada kalender Masehi ditetapkan berdasarkan periode peredaran semu tahunan matahari yang lamanya 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 3851/4 hari. Jika 1 tahun ditetapkan 365 hari, tentu kurang ¼ hari untuk mencapai 1 kali peredaran, jika dibuat tiap tahun 365 hari maka setiap tahun akan kekurangan ¼ hari, kekurangan-kekurangan ini dikumpulkan selama 4 tahun dan menjadi 4 x ¼ hari = 1 hari, sehingga kelebihan 1 hari ini akan ditambahkan setiap 4 tahun sekali, yakni pada bulan Februari yang biasanya 28 hari menjadi 29 hari.
Sedangkan pada kalender Hijriyah adalah suatu tahun apabila dibagi 30 mempunyai sisa (2,5,7,10,13,15,18,21,24,26 atau 29) maka disebut tahun kabisat. Satu bulan pada kalender Hijriyah ditetapkan berdasarkan periode bulan mengelilingi bumi 1 kali putaran adalah 29,5 hari, atau tepatnya 29 hari 44 menit 3 detik. Di samping berevolusi terhadap bumi, bulan juga berotasi terhadap porosnya dan waktu yang dibutuhkan untuk satu kali putar juga 29,5 hari. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, sehingga 1 tahun adalah 29,5 x 12 = 354 hari.
Jumlah hari pada setiap bulan 29 hari atau 30 hari dengan berselang-seling, maka setiap tahun akan terbuang waktu 12 x 44 menit 3 detik = 8 jam 48 menit 36 detik. Waktu yang terbuang tiap tahun ini akan dikumpulkan sehingga menjadi bilangan bulat dengan satuan hari. Waktu yang terbuang selama 30 tahun = 11 hari (30 x 8 jam 48 menit 36 detik = 11 hari). 11 hari ini akan ditambahkan pada tahun-tahun dalam setiap periode 30 tahun. Jadi terdapat tahun kabisat sebanyak 11 kali dalam setiap interval 30 tahun dalam kalender Hijriyah.
Kalender Hijriyah ‘lebih cepat’ 11 hari dari kalender Masehi, sehingga bulan Ramadan misalnya akan beredar berubah jika berdasarkan bulan pada kalender Masehi. Bulan Ramadan akan ‘datang berkunjung’ bisa pada musim hujan atau kemarau, dan di negara empat musim bulan Ramadan akan bergantian di musim semi, panas, gugur dan dingin. Untuk konversi secara kasar dari kalender Hijriyah ke kalender Masehi, kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
Produk Budaya

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sebenarnya penanggalan adalah peristiwa historis untuk memperingati momen tertentu. Tahun baru adalah angka numerik hasil interpretasi manusia terhadap suatu kepentingan yang dikaitkan dengan gejala alam, gejala sosial, sejarah, atau prosesi ritual keagamaan tertentu.
Perayaan Imlek sudah ada sebelum kelahiran agama Konghucu, tahun Masehi sudah ada sebelum agama Kristen berkembang. Jadi agak ironis misalnya, kalau ada anggapan bahwa merayakan Imlek berarti merayakan hari besar agama Konghucu, merayakan tahun baru Masehi berarti ikut merayakan hari besar agama Kristen?
Tahun baru Islam (Hijriyah) juga didasarkan pada sistem penanggalan pada tradisi Arab Jahiliyah pra-Islam. Sehingga sangat keliru ketika kita merayakan tahun baru Hijriyah berarti pula meneruskan tradisi Arab Jahiliyah yang bersumber dari tradisi bangsa Persia Kuno yang dikenal sebagai kaum penyembah api (majusi).    
Sebenarnya jika kita berbicara soal tahun baru, penanggalan atau kalender, kita tidak melulu membahas perayaan hari besar keagamaan semata. Sistem kalender adalah produk budaya sebelum agama-agama itu ada. Tanggal di kalender hanya menjadi tanda bahwa momen budaya atau keagamaan telah tiba waktunya. ***